Rabu, 26 Oktober 2011

PEREMPUAN YANG MEMPERDAYA SETAN



DEMIKIAN buruk keadaan yang dialami perempuan satu ini. Tak mengenal iadengan musim semi, yang dikenalnya hanyalah musim gugur dan musim dingin. Meski harapan yang masih ia punya tak ikut berguguran dengan keadaannya yang memilukan, namun tetes-tetes berlian dari kedua matanya terus-menerus bergulir deras, berhamburan bak air hujan. Kegembiraan di hatinya telah lama sirna, gugur berjatuhan laiknya daun-daun yang rontok dari pohonnya dan tak mungkin kembali. Hanya kegelapan yang mengitarinya. Ya… dalam keadaan demikianlah ia hidup, dan dalam keadaan seperti itu pulalah ia akan mati.
Pun tak ada satu orang pun lelaki yang berkenan singgah di sisinya untuk mengusir rasa dingin yang selama ini menerpanya. Kedua bibir pucatnya, sudah tak mengenal kata apapun lagi, selain kata-kata ratapan pada langit yang tak kunjung mendengarnya, dan mengutuki takdir, yang tak jua mengasihi keadaannya.

Di suatu malam gulita, berhembus kencang angin puting beliung, bergemuruh hebat, namun bukan di luar kamarnya, melainkan di dalam dirinya. Tersedu-sedu ia menangisi keadaan dirinya yang begitu buruk. Tiba-tiba bibirnya bersuara,
“Wahai Setan, tak ada yang tersisa selain engkau…”
Usai melepaskan kalimat tersebut, ia menunduk, seperti orang limbung yang hilang setengah kesadaran. Tiba-tiba, muncul retak di salah satu dinding, perlahan dan perlahan, dinding tersebut terbelah, dan keluarlah sosok Setan, sebagaimana ketika dahulu ia muncul di depan Faust. Dan Setan sesungguhnya tidak pernah menulikan pendengarannya dari segala panggilan. Pendengarannya tajam, dan ia selalu bersegera memenuhi suara-suara yang memanggilnya jika memang benar-benar ada yang memanggilnya.
 “Apa yang engkau inginkan, wahai perempuan?” tanya Setan.
“Keindahan… Kehidupan… Kenikmatan…!” kata-kata tersebut meluncur begitu saja dari bibir si perempuan seperti meluncurnya kata “air” dari bibir seorang musafir yang tersiksa dahaga di padang Sahara.

Dan berkata kembali Setan, “Engkau tahu harga untuk semua yang engkau sebutkan tadi?”
 “Ambil berapapun harga yang engkau inginkan!” ujar si perempuan tanpa banyak pertimbangan.
 “Ruhmu. Ruhmu akan kubawa ke neraka Jahim! Karena memang itulah kerjaku di dunia ini. Mengumpulkan ruh-ruh anak Adam untuk menyemarakkan kerajaanku bernama Jahannam, dan kelak kita lihat, siapa yang berhasil meraih pengikut terbanyak; akukah, yang duduk di singgasana Neraka; ataukah dia, yang duduk di singgasana Firdaus”
 “Berikan aku kesenangan selama sepuluh tahun, setelah itu, terserah kau mau ambil dariku apapun yang kau mau. Neraka sekalipun tidak membuatku takut, karena saat ini pun aku sedang berada di neraka!”
 “Kita sepakat!” ujar Setan menyahut. “Sepuluh tahun ini milikmu, dan setelah itu, engkau milikku…”

Setan segera membuat dokumen perjanjian dengan darah si perempuan dan menandatanganinya. Kemudian ia mengusap tubuh si perempuan dengan tangannya. Tak berapa lama kemudian, Setan memberi isyarat agar si perempuan membalikkan tubuhnya dan menghadap cermin. Dan terpanalah si perempuan. Di cermin itu ia lihat sosok yang begitu jelita, indah tiada tara, dan tubuhnya memancarkan sinar kemilau laiknya cahaya meteor berpendaran. Sungguh, itu kecantikannya. Ia tak percaya. Benarkah ia pemilik tubuh menawan ini? Benarkah itu ia yang memiliki semua pesona ini?
Segeralah ia menceburkan diri ke dalam lautan kesenangan. Melelahkan diri berenang di lautan kenikmatan. Hingga tidak terasa waktu sudah sampai di tahun kesepuluh.
***
Setan datang dengan membawa dokumen perjanjian, mengingatkan si perempuan akan masa perjanjian yang sebentar lagi jatuh tempo.
 “Tentu, tentu… aku tidak lupa, aku masih ingat soal kontrak perjanjian kita,” lontar si perempuan. “Tapi…”
 “Tapi? Tapi apa?” Setan mengernyitkan alis.
 “Masih ada satu kesenangan yang belum aku cicipi”
 “Apa?! Masih ada kesenangan yang belum kau cicipi?!” tanya Setan terperanjat.
Hening. Setan tak segera beranjak dari keterhenyakannya. Ia menunggu apa lagi yang bakal terlontar dari bibir si perempuan.
 “…Kesenangan Ruh. Kenikmatan Ruh. Itulah satu-satunya kesenangan yang belum pernah kuteguk. Coba kau tengok lagi dokumen perjanjian yang pernah kita sepakati yang ada di tanganmu itu. Bukankah engkau sudah berjanji akan memberikan aku seluruh kesenangan selama sepuluh tahun? Dan sekarang, masih tersisa dua bulan sebelum masa kontrak perjanjian ini habis.
Aku sudah puas menikmati kesenangan ragawi, kini aku hanya menginginkan kesenangan ruhani. Beri aku kesenangan ruhani selama sisa dua bulan ini. Setelah itu, terserah kau mau bawa ruhku ke mana pun kau mau!”
Setan menelan ludah.
 “Baik.  Baik. Engkau mendapatkan apa yang kau minta. Dan engkau lihatlah, bahwa aku adalah seorang yang bisa dipercaya.”

Setan pun lenyap dari pandangan. Si perempuan seketika berdiri, dan menanggalkan gaun mewahnya, membuang gelang-gelang emas dan alat-alat kosmetiknya, dan mengenakan pakaian kasar yang biasa dipakai oleh para kaum sufi-asketis, dan melaksanakan kewajiban haji, dan kemudian tenggelam dalam dzikir dan perenungan-perenungan luhur, tersibukkan dalam amalan-amalan salih, terjun sedalam-dalamnya ke dalam kehidupan yang tinggi, mulia lagi suci, hingga lewat sudah waktu dua bulan tiada terasa.
Dan kembali Setan datang menagih janji. Namun alangkah terkejutnya Setan tatkala mendapati si perempuan sekarang. Ia dibuat gemetaran melihat sosok di depannya. Berpendaran penuh dengan kilau cahaya. Bukan cahaya seperti cahaya meteor seperti dulu, yang ini lebih dari itu, cahaya yang menyelimuti si perempuan kali ini begitu sublim, dalam dan lembut.
Setan tahu betul, ini cahaya yang berasal dari Arsy langit yang suci lagi tinggi. Jadi bukan tanpa alasan jika Setan bergidik ketakutan. Tapi ia nekat memberanikan diri mendekati sosok yang terang-benderang di hadapannya itu.
 “I, ini… ini sudah saatnya. Mari pergi bersamaku ke Neraka Jahim”
 “Ya. Ayo” jawab si perempuan menurut, tanpa ragu.
***
Keduanya sampai di depan gerbang Jahannam. Kedatangan mereka segera diketahui Zabaniyyah. Gerbang neraka pun terbuka, dan keluarlah Si Raja Neraka. Si perempuan tanpa ragu melangkah masuk. Namun siapa sangka, tatkala kakinya hendak menginjak ambang gerbang, seketika berhembus kencang angin yang sejuk dari arah bawah, menjauhkan tubuh si perempuan dari jilatan api. Malaikat Zabaniyyah kaget. Setan terperanjat.
 “Apa ini?! Apa ini?!”

Seketika muncul lengan-lengan malaikat penjaga Surga, menyambar dengan lembut tubuh si perempuan, dan terdengar suara membahana,
 “Perempuan ini milik kami”
Setan berteriak, “Sinting! Apa-apaan kalian! Dia milikku! Ruhnya telah digadai kepadaku sebagaimana telah tercatat dalam dokumen perjanjian ini! Lihatlah!”

 “Kami tak mengurus dokumen perjanjian, lagipula bukan itu yang kami lihat, yang kami lihat dari perempuan ini hanyalah ruhnya! Ruh perempuan ini termasuk ruh penghuni Surga!”
 “Tidak. Tidak. Ia ruh ahli neraka! Ruhnya telah distempel sebagai ahli neraka sejak sepuluh tahun lalu!”
 “O ya? Tapi dua bulan terakhir ini ia telah dirasuki hawa Surga. Tidakkah engkau lihat hembusan angin kencang yang menghalau tadi? Api kalian bahkan tidak akan sanggup menahannya”
Setan sejenak termangu.
“…Begitu…, jadi perempuan ini telah menipuku?!”
Si perempuan, yang sedang berada dalam pegangan lengan Malaikat, sontak berteriak,
“Aku tidak menipumu! Aku setia pada perjanjian! Bawa aku ke neraka Jahim! Wahai Malaikat, biarkan aku pergi ke neraka! Itu sudah janjiku! Adalah suatu keutamaan bagiku bisa menepati janji biarpun dengan makhluk bernama Setan! Biarkan aku pergi!”
 “Nah! Nah! Kalian lihat?! Kalian dengar sendiri apa yang dia bilang?! Dia milikku! Jadi sekarang lepaskan dia dan biarkan dia ikut denganku ke neraka!”

Malaikat bergegas membawa si perempuan ke surga, dan berkata,
“Kalau saja ia menyangkal dan mengingkarimu, wahai Setan, sudah barang tentu ia kami serahkan padamu”
 “Amboi! Benar-benar ucapan yang masuk akal! Sudah jelas-jelas ia berteriak-teriak pada kalian mengafirmasi bahwa dia adalah milikku, dan kalian hendak menjadikan bukti dan kenyataan ini untuk melawanku?! Dia telah mengakui dokumen perjanjian ini! Dia telah mengakui bahwa ruhnya adalah milikku!”
 “Benar. Ruhnya yang pertama. Tapi di manakah gerangan ruhnya yang pertama? Ia telah memberikan ruhnya yang pertama padamu maka carilah ruhnya yang pertama tersebut, sedangkan ruhnya yang ini, yang berpendaran dengan cahaya Ilahi ini, adalah milik kami. Nah, wahai perempuan suci, mari ikut bersama kami…”

Si perempuan yang berada di tengah-tengah sengketa itu kembali memelas kepada Malaikat.
“Sungguh suatu kejahatan bagiku mundur dari perjanjian. Bawalah aku kepada Tuhan kalian agar menghapus dosa-dosaku yang awal…”
 “Sudah tak ada lagi dosa-dosa awal. Cahaya sucimu yang akhir ini meleburkan seluruh dosa-dosa awalmu”
 “Jika demikian tidakkah perkara yang satu ini menempatkanku dalam dosa yang baru perjanjian yang mesti kupenuhi ini?”
 “Engkau sudah tidak ada urusan lagi dengan semua itu, sekarang mari ikut kami ke surga.”

Setan seketika berteriak, “Aneh! Sudah jelas-jelas ia perempuan mulia yang konsisten dengan ucapannya untuk tetap setia pada perjanjian, tapi kalian justru malah hendak menurunkan derajat dan kemuliannya?!”
Berkatalah para Malaikat, “Engkau mengakui bahwa perempuan ini mulia? Kalau begitu sekarang kami tanya, di mana tempat yang paling layak bagi seorang perempuan mulia? Neraka, ataukah Surga?”
Skak mat! Setan betul-betul mati kutu di titik ini. Ia benar-benar luar biasa dongkol kali ini.
 “Keparat! Keparat kalian!! Ya sudah! Ambil dia dan minggatlah kalian dan tinggalkan aku sendiri!”
Setan akhirnya ditinggalkan sendiri, bergelut dengan pikirannya.
 “Heran… bukankah itu adalah ruh si perempuan…? Dia hanyalah seorang perempuan.  Jalan neraka yang kubuat untuknya, justru malah mengantarkannya ke surga. Aargh! Tapi… tapi sumpah, aku tidak akan pernah lupa bahwa sebetulnya ia telah membuatku tertipu, tidak akan… ini tidak akan pernah aku lupa. Ya, mengecohku tatkala ia menyebut kata ‘Keutamaan’… ‘Kenikmatan’… “

#The End#

Curriculum Vitae (CV) adalah representasi diri




Curriculum vitae adalah representasi diri. Tetapi para lulusan baru sering mengirim CV yang bikin geleng-geleng kepala. Karena kurang referensi, mereka kerap melakukan kesalahan yang tidak disadari. Memang tidak mutlak membuat mereka ditolak, tetapi memperkecil peluang diterima.
Nah, jika Anda seorang lulusan baru yang sedang berburu kerja dan tidak kunjung mendapat panggilan, jangan-jangan Anda melakukan beberapa kesalahan ini.
Foto
Jika perusahaan mensyaratkan foto dalam lamaran kerja, pilihlah foto yang membuat Anda terlihat profesional. Jangan pakai foto yang diambil dari Facebook hanya karena Anda tampil menarik (atau seksi). Bagaimana Anda mau dianggap serius bila foto yang dilampirkan terlihat main-main dan hasil crop?
Umumnya perekrut lebih menyukai foto yang simpel. Pergilah ke studio foto dan bikin satu foto yang bagus – untuk investasi Anda ketika melamar pekerjaan.
Alamat email
Hmm, alamat email seperti inacuantixxbanget@yahoo.com atau romisayangchika@ymail.com sepertinya kurang menarik jika dipajang di CV. Anda kan sedang melamar pekerjaan di suatu perusahaan jadi sebaiknya hindari alamat email yang terlalu personal. Buatlah satu akun email dengan nama asli Anda untuk keperluan resmi. Jangan sampai Anda kalah bersaing dengan pelamar lainnya hanya karena alamat email Anda menggelikan.
Informasi yang tepat
Jangan kirim CV yang persis sama ke semua perusahaan. Usahakan “jahit” terlebih dahulu setiap kali Anda melamar. Beri penekanan pada prestasi atau keahlian yang relevan dengan posisi incaran. Tidak perlu mencantumkan prestasi “pemenang lomba karaoke” bila memang posisi yang Anda inginkan tidak membutuhkan keahlian bernyanyi.
Informasi pendidikan juga cukup dimulai dari SMA saja, tidak perlu taman bermain dan TK. Intinya, tekankan pada informasi yang bisa menunjukkan Anda orang yang tepat untuk posisi ini.
Terlalu panjang
Pihak perekrut akan menerima setumpuk lamaran, jadi satu menit pertama amat menentukan. Jangan buang waktunya sia-sia dengan membeberkan prestasi Anda dari sejak TK. Buatlah kesan yang baik di surat lamaran sehingga mereka mau membaca hingga habis.
Anda boleh menyertakan alamat LinkedIn atau blog yang berisi portofolio bila diperlukan. Tetapi apa pun yang terjadi, jangan pernah meminta perekrut untuk mendownload sendiri CV Anda dari Internet. Tidak semua kantor punya koneksi bagus.
Email kosong
Mentang-mentang CV tersimpan di telepon seluler, maka begitu melihat suatu lowongan Anda langsung mengirimkannya tanpa berusaha membuat surat lamaran. Mau tahu kesan yang muncul begitu membaca email kosong seperti ini? Pelamar adalah seseorang yang malas.
Pelamar hanya secara acak mengirim CV ke kanan-kiri tanpa usaha lebih untuk membuat surat lamaran yang
menarik.
Jiplakan
Yep, para perekrut sudah sering membaca bertumpuk CV jadi mereka bisa mengenali mana yang jiplakan dan bukan. Usahakanlah membuat surat lamaran dengan kalimat orisinal untuk meningkatkan kemungkinan Anda diterima.
Kalaupun belum memiliki pengalaman, Anda bisa menceritakan poin kekuatan Anda yang cocok untuk pekerjaan yang diincar. Tak perlu membuat surat lamaran yang terlalu panjang. Fokus pada kekuatan Anda dan tentunya jangan lupa mencantumkan informasi kontak agar mudah dihubungi.

Senin, 24 Oktober 2011

How to Achieve 100 % in Life

Think about this one Please !

If -------- A B C D E F G ........ Z
Is equal to------- 1 2 3 4 5 6 7 ........ 26

Then change all Alphabet with number of their possition in Alphabet list..............!

HARDWORK
H+A+R+D+W+O+R+K = 8+1+18+4+23+15+18+11 = 98 % only

KNOWLEDGE K+N+O+W+L+E+D+G+E = 11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96 %

Then what makes 100 %.....?
Is it money ? NO
Leadership ? NO


Every problem has a solution, only if we perhaps change our attitude.
To go to the TOP, to that 100 %.

So, What we really need to go further ?
The Answer is Attitude.

ATTITUDE
A+T+T+I+T+U+D+E = 1+20+20+9+20+21+4+5 = 100 %

IT IS ATTITUDE TOWARDS LIFE AND WORK THAT MAKES OUR LIFE 100 %

Kenaikan Takhta 'Ala ad-Din Menurut Beaulieu (Utusan Raja Prancis Tahun 1620 M Untuk Sultan Iskandar Muda)

Tulisan ini menjelaskan bagaimana sifat hubungan antara pemerintah aceh dengan orang kaya selaku pedagang atau pemilik modal pada sekitar abad empat belas sampai masa pemerintahan sultan Iskandar Muda pada abad enam belas, memahami betapa kondisi pertentangan mereka dapat menjadi unsur yang sangat mempengaruhi dalam perkembangan politik Pemerintahan Aceh. Teks itu memperlihatkan keadaan sekitar tahun 1589 M. Kita dapat mengetahui revolusi yang dilakukan oleh 'Ala ad-Din dan cucunya Iskandar Muda. Dari teks tersebut coba penulis rubah dari tulisan aslinya agar lebih mudah dipahami, karna bentuk aslinya memakai tulisan arab-melayu dan banyak kata-kata serta kalimat yang berulang-ulang dan sulit dimengerti. Tulisan ini untuk mengetahui bagaimana hubungan dan kepercayaan Sultan Iskandar Muda yang menceritakan sesuatu Rahasia Negara kepada Beaulieu selaku orang eropa (utusan Raja Prancis). Sultan dapat membedakan dengan baik orang Eropa ( bukan semua orang eropa dianggap " kafir yang mengganggu dan harus diperangi" ), seperti yang banyak ditulis tentang pandangan masyarakat Aceh terhadap pendatang, terutama seperti beberapa
tulisan menyesatkan oleh R.H. Djajadiningrat.

Terjemahan Arab Melayu - Indonesia.  (CritOv., hlm. 170)

Supaya mengerti mengapa Sultan (Iskandar Muda) mengeluarkan aturan orang kaya dilarang berkumpul di suatu tempat tanpa dihadiri sultan dan mendapat giliran jaga di pos terdepan kerajaan tanpa di lengkapi dengan persenjataan sebagai lambang kesetiaan kepada sultan, adalah karena sesuatu yang mempunyai latar belakang pemikiran dan belajar pada sejarah kerajaan. Perlu diketahui bahwa sebelum pemerintahan kakeknya Sultan Iskandar Muda ('Ala ad-Din Ri'ayat Syah), para orang kaya suka sekali berkelakuan kurang senonoh dan sesuka hatinya mencoba hal-hal baru dengan sombong dan angkuh. Pada waktu itu mereka masih dapat bersikap demikian karena harta yang ditinggalkan oleh pendahulu mereka masih sangat banyak, oleh karena sultan sebelumnya tak pernah tegas terhadap mereka dan mereka tak dirampok bangsa lain, karena negara aman dan makmur. Kota pada waktu itu 6 kali lebih besar dari sekarang (zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda). Hal tersebut berlaku karena kekuasaan pada masa itu milik orang banyak, sehingga banyak datang pedagang yang membuat perdagangan laut yang ramai. waktu itu belum ada kantor bea cukai seperti jaman Iskandar muda, juga tidak ada pajak lain selain Cap ( Cap Sikureung diwakili dengan rencong oleh pegawai syahbandar ). Pedagang hanya boleh menetap dan menyelesaikan urusannya dalam 15 hari, uang emas tidak dihitung, tetapi ditimbang beratnya. Orang kaya mempunyai rumah yang besar dan tertutup rapat, ada meriam dipintu mereka, dan banyak orang dirumah mereka untuk menjaga dan melayaninya. Saat mereka keluar memakai baju yang indah-indah, dikawal dan dihormati oleh penduduk. Pengaruh seperti ini merugikan kewibawaan sultan dan mempengaruhi keselamatannya, orang kaya pada masa itu apabila merasa terganggu oleh kekuasaan sultan maka mereka akan membunuhnya dan menggantikan dengan sultan yang baru, sangat jarang pemerintahan sultan sampai 2 tahun, jika pun ada karena menuruti keinginan mereka sehingga "sultan" hanya tinggal gelar. Ulah buruk itu berlangsung 40 tahun sebelum pemerintahan Iskandar Muda. Akhirnya semua orang kaya berkumpul, untuk memlih salah seorang dari mereka sebagai sultan, karena mereka semua menganggap dirinya pantas untuk menjadi sultan maka sangat sulit dilakukan proses pengambilan keputusan, sehingga seorang ulama besar mereka mendamaikan dan memarahinya. Diusulkan satu penyelesaian yang memuaskan semua orang, dan menghilangkan cemburu terhadap yang lain, yaitu memilih kriteria seorang sultan; yang tidak bergelut pada pertikaian tadi, yang tidak mencari keuntungan pribadi atau golongan, seumur hidupnya mempunyai nama baik, bijaksana dan cerdas (yang dimaksud adalah 'Ala ad-Din Ri'ayat Syah; Sultan pada tahun 1589-1604). Karena umurnya sudah mencapai 70 tahun dan tergolong dari keluarga yang paling mulia, maka logis dia menjadi lebih tinggi kharismanya dari yang lain yang umurnya lebih muda. Nasehat ini diakui oleh semua yang hadir karena mereka beranggapan tidak seorangpun merelakan haknya untuk menjadi sultan, mereka hanya mengalah menganai masalah umur dan sangat menghormati beliau. Karena telah sepakat, mereka menemuinya, mereka menyatakan bahwa sepakat memilihnya untuk menduduki tahkta kerajaan melihat dari kehati-hatiannya dan umurnya. Sikakek berterimakasih pada mereka, dan menyatakan ; mengingat umurnya yang telah lanjut menolaknya dengan alasan ingin menikmati hidup bersama keluarga dan terlepas dari urusan dunia. Oleh karena mereka tidak dapat membujuknya mereka kembali pada situasi semula, bahkan pertentangan menjadi lebih parah. Kemudian kembali untuk membujuknya serta mengancamnya, dan mereka kembali gagal. Kemudian setelah mereka pergi dan berencana kembali lagi dengan membawa alat-alat kerajaan untuk membunuhnya jika menolak permintaan mereka, seorang ulama besar diantara mereka membawa mahkota, dan salah seorang yang paling kaya membawa pedang terhunus, tidak lagi membujuknya, dan menyatakan tidak menemukan jalan lain untuk menyelesaiakan perselisihan mereka, dan jika menerima, mereka akan sangat berhutang budi kepadanya dan akan memberi bantuan dan mematuhi perintahnya, dan kalau menolak mereka telah bulat tekad untuk membunuhnya. Oleh karena sikakek tak melihat jalan lain untuk mundur maka menerimanya dengan syarat mereka harus menganggapnya sebagai ayah dan dia akan memperlakukan mereka sebagai anak. Mereka bukan hanya berterima kasih tetapi berjanji akan mematuhi perintahnya sebagai tuan mereka yang berdaulat (dalam buku Adat Aceh terdapat sebuah artikel mengenai Sumpah Pegawai - folio 59b). Setelah beberapa saat menjalankan pemerintahan, Sultan 'Ala ad-Din mengundang semua orang kaya dengan membuat pesta yang begitu besar sehingga semua yang datang menjadi kagum, di dalam istana yang terdengar hanyalah bunyi rapai dan berbagai alat-alat musik khas aceh lainnya,hikayat, nyanyian, dan berbagai kemeriahan lainnya, sehingga sultan dianggap telah mengusahakan sebaik-baiknya untuk menjamu mereka yang memilihnya sebagai rasa terimakasih. Mereka dipersilahkan di tempat mereka biasa duduk, yaitu dipelataran didekat kediaman sultan, lalu Cap Kerajaan mulai dibagikan(diwakilkan dengan rencong yang di bagi kepada semua tamu untuk menandakan tamu sultan, di antar oleh seorang abdi sultan). Musik bertambah keras beserta segala kemeriahannya, dan orang didalam istana berteriak dengan keras sehingga yang diluar berharap Cap diarak dan dibagikan lebih cepat, masing-masing cap membawa 1 orang kaya, tanpa cap tersebut mereka tidak boleh masuk kerajaan, saat telah masuk tanpa sadar mereka telah menemukan dirinya disekap dan dibawa kesuatu tempat oleh pegawai kerajaan, dan sesampai disana langsung digorok oleh pengikut setia sultan dan dimasukkan kedalam parit yang sebelumnya sengaja digali untuk persiapan rencana ini. Hal ini berlangsung begitu cepat hingga lebih kurang telah 200 orang digorok sebelum diluar tersiar kabar. Sisanya tinggal sedikit yang belum masuk dan mencurigai hal ini, segera setelah mereka menyadari apa yang terjadi didalam mereka meninggalkan istana secara diam-diam, meskipun tidak dapat mereka jelaskan secara tegas apa yang telah menimbulkan kecurigaan mereka. Esoknya mereka mengetahui dengan tidak munculnya orang-orang kaya berpengaruh dan mereka mensyukuri telah melewati kejadian tersebut. Tidak berapa lama berselang setelah kejadian tersebut kondisi kerajaan mulai stabil dan pengaruh kekuasaan serta kewibawaan sultan menjadi menonjol, sehingga terwujudlah kejayaan dan kemakmuran yang merata sampai pada masa pemerintahan cucunya yaitu Sultan Iskandar muda.

Penulis : Otin



Kebodohan Profesor yang Menganggap Agama Sebuah Mitos


Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini.

"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.

"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab,
"Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Apakah kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab,
"Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."


Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja gelap itu ada."

Mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi anda salah, Pak.Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak."

"Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna."

"Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab,
"Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,

"Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan."

"Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam. Dan mahasiswa itu adalah, Albert Einstein

Dayah di Turki




Sama seperti di Aceh ketika masih berstatus Kerajaan Islam, di Turki juga pada masa Kerajaan Turki Usmani seluruh masalah intern dayah adalah urusan ulama. Di awal pertumbuhannya sampai abad ke 16 dayah-dayah di Turki begitu maju. Dari lembaga pendidikan inilah lahirnya sejumlah tokoh-tokoh terkenal di Turki, mulai dari yang menjadi raja, panglima-panglima perang yang tangguh, birokrat dan juga sejumlah tenaga tehnik yang mampu menciptakan berbagai teknologi konstruksi bahkan juga kapal-kapal perang dan berbagai alat persenjataan.

Tetapi sejak abad ke 16 Turki Usmani banyak sekali terlibat peperangan, baik dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan maupun dalam mempertahankan wilayah dari serangan luar. Sejak itu alumnus dari dayah ini hanya tamatan dayah di Turki saja, tidak pernah dikirim ke luar negeri lagi seperti sebelum-sebelumnya. Demikian juga guru-gurunya dipadati tamatan tempatan saja, tidak diundang lagi ulama-ulama dari luar. Sehingga ilmu yang diajarkan di dayah tidak berkembang, terus menerus belajar dari kitab yang sama.

Padahal seperti diketahui Eropa telah mulai maju sejak abad ke 15, setelah mereka belajar dari ulama-ulama Islam di Andalusia. Melalui pemikiran ulama Islam, terutama sekali pikiran Ibnu Rusydi, mereka jadikan dasar penelitian dan pengembangan ilmu selanjutnya.

Demikianlah mulai abad ke 16 Eropa sudah mulai mengungguli Turki Usmani. Teknologi persenjataan yang sebelumnya diungguli oleh Turki, sudah mulai dapat dimbangi oleh Eropa. Ada di antara tokoh di Turki yang sadar terhadap hal ini sehingga menyarankan agar umat Islam di Turki juga diadakan pembaharuan. Misalnya Ibrahim Al-Mutafarrika mendirikan percetakan agar kitab-kitab dapat produksi dengan cepat dan dapat disebar dengan cepat untuk umat Islam. Apa yang terjadi, sejumlah ulama datang berdemonstrasi menentang Al-qur’an dan kitab-kitab agama tidak boleh dicetak oleh percetakan. Al-qur’an dan kitab-kitab agama adalah sesuatu yang suci, jadi harus tangan ulama lah yang boleh menulisnya. Demikianlah gambaran mundurnya pemikiran ulama di Turki ketika itu.

Di sisi lain para politikus dan pemimpin negara termasuk angkatan bersenjata memerlukan pembaharuan demi menjaga Turki dari gempuran musuh. Ketika itulah perselisihan antara ulama-raja di satu pihak yang tetap dengan pemikiran tradisionalnya dengan pemuda-pemuda Turki yang ingin maju agar mampu melawan musuh yang sedang berusaha menghancurkan kerajaan, di pihak lain. Sekitar tahun 1920, semua wilayah yang dikuasai kerajaan Turki Usmani telah habis dikuasai bangsa Eropa. Kota Istambul sendiri telah mulai diduduki oleh tentera Prancis dan Inggris. Raja dan ulama tidak dapat berbuat apa-apa.

Lalu sejumlah pemuda yang dipimpin oleh Kemal Attaturk, sebagiannya adalah tentara, membentuk kelompok nasionalis. Mereka tidak dapat menerima tentara pendudukan. Mereka menyusun kekuatan untuk melawan tentara pendudukan. Di saat itu ulama dan raja bukan hanya tidak memberi dukungan bahkan mengeluarkan fatwa bahwa kaum nasionalis yang memberontak itu telah jadi kafir dan halal dibunuh. Kenyataannya memang kelompok pemuda ini memenangkan perang. Berdasarkan itu mereka lalu memproklamirkan Negara Turki sebagai negara republik, tidak lagi sebagai kekhalifahan.

Ide ini kemudian mendapat tantangan dari raja dan juga ulama. Ulama dari Kurdi malah mengadakan pemberontakan dengan menjadikan Islam sebagai dasar perjuangan melawan Kemal Ataturk. Ketika itulah kemal Ataturk menutup semua dayah-dayah, bahkan tempat perkumpulan kaum sufi (tekke). Sembahyang berjamaah tidak dibolehkan di depan umum. Ketika itulah sejumlah tokoh-tokoh Islam baru menyadari bahwa mereka memang ketinggalan jauh dari bangsa-bangsa yang dulu belajar dari umat Islam.

Diam-diam seorang ulama tamatan dayah yang cepat membaca tanda-tanda zaman, pulang ke desa dan membuat halaqah memberi pengajian dengan penyesuaian-penyesuaian dengan perkembangan zaman. Banyak muridnya yang kemudian menjadi tokoh di Negara Turki seperti Erbakan yang memulai membangun Negara dengan semangat Islam. Termasuk Erdogan sekarang yang telah terpilih tiga kali sebagai perdana menteri. Di bawah kepemimpinannya sekarang telah didirikan kembali dayah dalam bentuk modern yang diberi nama imam-hatib ekul, dan hampir semua institusi dikuasai oleh tokoh-tokoh Islam taat.

Tokoh lain murid dari Said Nursi adalah Fethullah Gullen. Dia telah menyeponsori berdirinya sekolah-sekolah Islam sebagai dayah bentuk baru sampai universitas dengan memberi prioritas ilmu teknologi. Lembaga pendidikan ini didirikan tidak hanya terbatas di Turki tetapi hampir di seluruh dunia, terutama sekali di negara-negara muslim minoritas.

Untuk memenuhi kajian Islam yang mendalam sekarang di Turki telah didirikan 34 buah Fakultas Ilahiyat. Mengkaji agama di fakultas bukan hanya sumber dari kitab Arab tetapi juga bahasa pengantarnya dalam bahasa Arab. Untuk penelitian lebih lanjut lagi telah disediakan pusat studi Islam lengkap dengan berbagai fasilitas termasuk kitab-kitab rujukan dari berbagai cabang ilmu agama Islam, baik yang klasik maupun yang modern. Yang mengadakan penelitian di sana, seperti ISAM di Istambul, adalah para ustaz-ustaz, ulama-ulama dan profesor yang datang dari berbagai negara. Itulah dayahnya orang Turki sekarang.

*
Dikutip dari tulisan M. Hasbi Amiruddin
   (Guru Besar IAIN Ar Raniry, Banda Aceh)

Minggu, 23 Oktober 2011

Secuil Kekuasaan

Kita menyadari bahwa pengunduran diri Partai Aceh (PA) dari Pilkada tidak pernah diprediksi sebelumnya oleh semua kalangan. Partai Aceh sebagai partai lokal satu-satunya yang mencukupi semua syarat untuk mencalonkan kadernya di ajang pemilihan kepala daerah tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota malah mundur dari Pilkada yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Terlepas dari alasan PA tentang penyelamatan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA), seharusnya PA memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin dengan berlapang dada menerima calon perseorangan demi kepentingan perdamaian Aceh dan konstituennya. Pasti semua masyarakat Aceh bertanya-tanya mengenai keputusan yang kontroversial ini, ada apa dengan PA?
Terkait dengan kisruh yang memperdebatkan salah satu pasal yang terkandung di dalam UUPA, penulis tidak berpihak pada satu kelompok manapun yang sedang bertikai, akan tetapi penulis berpikir dalam dua sisi yang saling berbeda. Disatu sisi penulis berpikir apakah pencabutan pasal 256 UU 11/2006 tersebut sudah sangat merusak UUPA sehingga perlu “diselamatkan”? Sementara disisi lain yang menjadi pertanyaan mengapa calon perseorangan yang pasti sudah tahu tentang makna yang terkandung dalam pasal 256 UU 11/2006 tetap nekat mengusulkan penghapusan pasal tersebut ke Mahkamah Konstitusi, padahal mereka tentu sudah memprediksi potensi konflik yang akan timbul, jika calon perseorangan benar-benar ingin menghindari konflik bisa saja mereka ikut Pilkada dengan menggunakan “kenderaan politik” partai nasional. Bukankah lebih baik hal itu dipikirkan terlebih dahulu agar tidak muncul kebingungan rakyat akibat perdebatan yang terus memanas seperti yang terjadi sekarang.
Patut kita renungi bersama, jangan hanya disebabkan oleh kepentingan kelompok semata kemudian UUPA sebagai simbol perdamaian menjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada konflik kepentingan. Konflik berkepanjangan dan nyawa saudara-saudara kita adalah “harga” dari sebuah UUPA, mengapa justru kini harus diperdebatkan demi kepentingan perebutan kekuasaan, bukankah sebenarnya kita harus menghargai dan merawat perdamaian yang didapat setelah perjuangan yang panjang.
UUPA adalah sesuatu yang meningkatkan nilai tawar Aceh terhadap Jakarta, daerah yang beberapa puluh tahun “dianak-tirikan” dalam segala bidang. Dari pengalaman tersebut Aceh diharapkan bisa lebih mandiri dari daerah lain. Pada saat otonomi belum diberlakukan dan konflik RI-GAM berlangsung kita masih bisa bertahan dengan segala keterbatasan, apalagi sekarang disaat semuanya telah lebih baik, seharusnya kita berkembang dengan hasil yang lebih baik pula, bukan malah sebaliknya.
Semua pihak yang terlibat dalam politik di Aceh harus menyikapi perubahan secara arif dan bijaksana, jangan karna kepentingan politik kemudian kondisi Aceh yang sedang membangun setelah tertunda bertahun-tahun akibat konflik berkepanjangan menjadi terganggu dan rakyat kembali menjadi korban.
Jika pertikaian ini terus dilanjutkan kapan kita mempunyai waktu untuk berfikir merancang program pembangunan demi kesejahteraan rakyat, masing-masing disibukkan oleh hasrat mengejar kekuasaan dan mengatur rencana agar tetap bisa berkuasa di periode berikutnya.
Berlomba memajukan Aceh yang jauh tertinggal dari daerah lain di Indonesia seharusnya menjadi perhatian utama kita, bukan malah saling sibuk bertengkar sesama saudara demi memperebutkan secuil kekuasaan. Sebaiknya kita berpikir kembali secara sehat untuk kepentingan rakyat Aceh selaku kepentingan yang lebih diprioritaskan.  
Semoga saling “sikut-menyikut” antara satu kelompok dengan kelompok lainnya yang berbeda kepentingan dalam perebutan kekuasaan tidak menjadi tradisi politik yang akan diwariskan kepada generasi muda yang akan memimpin Aceh kita dimasa depan, jangan sampai generasi muda terpola dengan pola pikir bahwa etika politik yang sehat cuma “omong-kosong”. Semoga!
*Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris, FKIP Unsyiah